Sabtu, 11 Februari 2012

Loyalitas


Saya tergerak ingin mencatat pemikiran saya dalam blog karena tanpa sadar saya telah memakai produk AxisPro. Bertahun-tahun saya selalu memakai produk dari Telkomsel, termasuk modem saya pun bundling promo darinya. Meski saya kurs kan dengan kondisi sejenis di luaran seharusnya saya tidak membeli dengan biaya mahal seperti itu. Tapi logika saya tidak saya pakai dengan alih-alih yang penting keluaran Telkomsel. Bisa jadi pemikiran yang meminggirkan logika ini adalah yang menciptakan dan memimpin loyalitas seseorang terhadap produk tertentu.
Nah, masalahnya kepindahan saya ke Axis itu juga bukan karena saya ada permasalahan dengan produk Telkomsel tetapi semata-mata berawal dari "iseng" untuk mencoba Axis. Sensasi dan pengalaman baru itu ternyata memenuhi kebutuhan dan keinginan saya meski bilamana di tanya apa sesuatunya itu, saya pun tidak bisa menjawabnya. Saya hanya menikmati dan terpuaskan ketika proses migrasinya saja tanpa ada pelayanan lebih dari AxisPro. Tetapi untuk kembali lagi ke Telkomsel saya masih belum bisa balik kanan begitu saja.
Saya sebagai bagian dari profesi marketing tentunya juga akan mengalami pengalaman serupa dengan produk yang saya pasarkan. Entah kapan bisa jadi tiba-tiba customer saya beralih ke produk kompetitor. Padahal tidak ada masalah atau pun complain sebelumnya, seolah olah hanya faktor lucky dari kompetitor saja.
Studi kasus seperti ini sudah saya cermati dan saya ikuti lama, maklum 14 tahun saya berkecipung di dunia pemasaran bukanlah waktu yang pendek untuk tidak pernah mengalaminya. Di situlah saya membenarkan diri bahwa rejeki itu ada umurnya dan umur sendiri ada rejekinya.Jadi sepintar-pintarnya saya masih ada kuasa Tuhan yang ikut campur dalam kesuksesan profesi saya.
Berawal dari katarsis diri itu saya tidak pernah takut akan kompetisi dalam melihat aktifitas kompetitor. Sikap proporsional lah yang saya kedepankan dan analisis dari masalah itu bagaimana. Saya termasuk penggila LogFrame, karena metode itu sangat mudah untuk mengurai setiap masalah dan dengan sendirinya saya pun akan berpikir dengan metode SWOT juga.
Trend yang beberkan di atas ternyata karena pengaruh pergeseran kekuatan.Agaknya saya sangat setuju dengan Pak Hermawan K. Beliau katakan bahwa ada tiga kekuatan penggerak saat ini. Kekuatan yang tadinya vertikal menjadi horizontal, eksklusif menjadi inklusif, dan individual menjadi sosial. Hal ini berlaku di dunia. Horizontal ini menjadi penting karena kantor pusat perusahaan tidak mungkin dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh daerah. Hanya orang di daerah yang mengamati langsung yang dapat melakukan penanganan yang tepat.
Bilamana sebuah proses penyelenggaraan pemasaran masih sibuk dengan birokrasinya maka alhasil akan gulung tikar secara pelan. Saya masih ingat tatkala di doktrin bahwa saya harus memakai penampilan formal, sopan menurut standar perusahaan. Sekarang saya bisa saja ambil terobosan bahwa memakai jeans adalah kebiasaan yang boleh di budayakan. Change agent lah untuk di lingkungan saya. Dan ternyata sikap beda saya cukup memberi dampak kepada customer. Mereka bilang - saya gaul, flexible, enjoy , dll. Sama dari alasan itu saya bisa mengambil alih produk kompetitor. Agaknya customer bosan dengan sajian pemsarnya dan begitu lihat saya jadi pengin mencobainya. Ha ha ha ha hah.
Misteri pikiran, dan semua pelanggan ingin selalu di mengerti secara personal. Itu selalu saya ingat sehingga "nyleneh" saya pun tidak berlaku kepada semua pelanggan. Disinilah pentingnya berjejaring untuk mendapatkan informasi yang akurat agar perlakuan kepada Customer pun akan efisien dan efektif. So, ini semua adalah tugas pemasar untuk brand identity building. Karena sukses nya cara membawa diri akan memberikan nilai bagi pemasarnya juga,nggak ada ruginya kita selalu menjadi orang yang selalu belajar dan belajar terus sampai akhir menutup mata.