Senin, 28 Maret 2011

Sabtu, 26 Maret 2011

Solo The Spirit of Java


Minggu pagi, mode on saya sudah aktif dari pukul 04.20 WIB, entah karena tidur saya yang pulas berkualitas atau karena saya memang sudah menyusun agenda kegiatan minggu pagi sehingga begitu mata terbuka byak, langsung prepare semuanya dan jam 07.00 sudah ready for use. Sedarinya agenda saya cuma membawa asman ke Stasiun KA Balapan Solo sebelum jam 08.00 tetapi karena yang berwenang belum datang maka sambil menunggu saya masuk ke Bagian Pelayanan Pelanggan PT KAI Sta Solo Balapan.
Tersimpan dalam benak sejumlah pertanyaan yang sudah tidak sabar untuk saya bombardikan agar mendapatkan penjelasan dari PT KaI tentang penempatan gerbong kosong di depan dan belakang gerbong penumpangnya, meski hal ini pernah di jelaskan oleh PP KA Sta Kebumen bahwa ini perintah dari Dirjen Teknik PT KA. Dan senada dengan informasi yang pernah saya terima, akhirnya sama juga. Penjelasan resmi oleh PT KAI bahwa penempatan gerbong kosong hanya sebagai antisipasi bilamana harus terjadi kecelakaan KA yang di akibatkan oleh human error (kesalahan wezel, masinis ngantuk, dll sejumlah istilah teknis yang sulit saya mengerti). Sebagai closing pertemuan saya tersebut diperoleh kesimpulan bahwa ada good will dari PT KAI dalam antisipasi pengurangan jumlah dan jenis korban bilamana harus terjadi kecelakaan meskipun pada kesempatan itu saya belum mendapat informasi lebih jauh untuk upaya perbaikan kinerja PT KAI secara internalnya.

Ternyata pagi ini saya sangat full insting untuk assessment, saya belokan motor ke Lokasi Pelacuran Gg Jalak Solo. Pikiran iseng yang mendorong langkah saya untuk menjawab pertanyaan mendasar apakah sebelum jam 08.00 pagi, para WPS (wanita pekerja seks) sudah ada yang memulai aktifitasnta. Berbekal dengan sebuah nama Lik No (key person – stakeholder lokasi) saya tidak canggung ataupun takut untuk menyusur gang sepanjang kurang lebih 25 m.
Aoooow, ternyata sudah ada 11 WPS yang berserak di sepanjang gang tersebut. Dari padanya kemudian saya berpikir dan mencoba untuk merumuskan hipotesis sederhana yang berpijak dari pertanyaan : Kenapa mereka sudah TP- TP sedemikan paginya bukankah habis malam minggu seharusnya mereka adalah lebih banyak kepayon?, dari 11 orang WPS rata-rata umurnya sudah mapan (pemain lama lagi berpengalaman) dan bisa jadi adalah WPS yang berkomitmen tinggi akan profesinya (meski tua tetep menjadi WPS). Lalu apakah mereka sudah efisien atau produktif bilamana pagi sudah menawarkan jasanya?.
(wait : saya dapat kesempatan eksklusif untuk deep interview dengan salah satu dari mereka).


Lepas dari gang Jalak saya ambil kesempatan sarapan di Pasar Manuk Depok (kenapa disebut pasar manuk? Karena di dekat situ ada juga panti pijat esek-esek untuk manuk dan juga ada pasar burung beneran). Sudah lama sekali saya ingin mendapatkan penjelasan tentang perjalanan usaha seorang penjual nasi kikil di pasar Depok. Bukan apa-apa karena saya telah mengobservasi cukup lama (sejak Januari 2007)keberadaan mbok Galak ini dan dengan ekstra berhati-hati karena si mbok emang bener-bener galak.
Benar juga -
Setelah preference representational system muncul, segera saya aktifkan Vr dan Ar dari si mbok ini. Dia bernama ibu Warni, telah berjualan selama 32 tahun dengan menu kikil dan sayur godong kates. Setiap hari nya dia menghabiskan kikil 20 kg (Rp. 600.000 hanya untuk kulakan kikil dan untuk warung yang berukuran Cuma 2 X 4 meter ini adalah suatu ukuran yang bombastis) dan berjualan mulai jam 08.00 hingga 13.30 setiap harinya. Belum dari ikan laut dan ayam gorengnya. Sejumlah jawaban atas pertanyaan saya selama 30 menit , telah mengantarkan saya akan suatu statement “ PE ES CE” (PSC – Personal Sense Commitment) kesuksesan dia berjualan nasi kikil karena di landasi oleh perasaan senang dengan kikil terlebih dulu, sehingga selama ini, dia memasak kikilnya selalu diliputi segenap jiwa dan spiritnya yang ditumpahkan untuk kualitas produk, terbukti 32 tahun nasi kikilnya bertahan di tengah persaingan sekian ratus menu Solo yang memang terkenal dengan wisata keplek ilat nya (Cullinary). Solo I love u full.

Blind to See


Saya telah berkesempatan mengunjungi Balai Rehabiltisasi Sosial Bhakti Candra Rasa Provinsi Jawa Tengah di Solo, dan mendapatkan kemudahan untuk melakukan deep interview dengan salah satu penghuni. Subyek saya bernama Tofik dari Kelurahan Plesungan Jeruksawit Karanganyar.
Sebelum deep interview berlangsung - Jujur lah bahwa saya sebenarnya diselimuti perasaan agak ragu-ragu “gek-gek” (bilamana) nara sumber nya tidak kooperartif atau malah gagal total. Setelah pengalaman di Puskesmas Nusukan Solo 2 hari yang lalu, dalam pikiran selalu terlintas dengan kuat bahwa saya merasa setingkat lebih maju dalam memahami NLP, maka dengan naluri (sub-conscious) yang telah saya niatkan, saya melakukan kalibrasi untuk membangun rapport dari subyek, kemudian proses matching and mirroring. Alhasil saya mendapatkan kondisi harmful and trusted performance dari si subyek. Karena subyek adalah bermata buta maka saya tetapkan untuk melakukan hypnosis secara audio dan kinesthetic untuk mempertahankan trans nya.
Proses deep interview saya mulai dengan menanyakan asal/alasan subyek masuk ke Panti Rehab,(ide ini dari Bu Hanna – Jogonalan Klaten - matur nuwun Bu), penggunaan teknologi, pandangan sosial budaya dan kebutuhan alamiah termasuk seks nya. Banyak sekali informasi yang sangat jujur dan luar biasa dan menjadikan saya berdecak kagum dalam pencapaian penguatan pemahaman akan Quote
“Tidak ada produk Tuhan yang gagal, semua ada ilmunya” salah satu buktinya adalah orang buta ternyata bisa sms an. Dengan sangat lancar subyek menceritakan bahwa hp yang dia pakai memakai teknologi berbasis symbian (nokia 6120) dimana bisa mode sound dari tulisan yang tertera di lcd hp nya. Padahal sebelumnya saya mengira (under estimate)dia cuma iseng dan ngegaya ikut-ikutan manusia normal pakai hp (nggak bakal lah bisa sms eh ternyata sekarang sudah ada soft ware yang mendukungnya). Hebatnya konsep pemberdayaan populasi kunci telah mereka praktekan. Karena konon yang mempopulerkan mode ini di Jawa Tengah adalah Bp Kuncoro (beliau juga buta) dan penguatan/capacity building secara peer educator juga telah di terapkan dalam asrama (kegiatan keagamaan, keorganisasian dan profesionalisme pasca phase out).
Pada saat interview telah berlangsung berlangsung 0,5 jam - language preference tetap saya pertahankan sehingga subyek dalam kondisi nyaman, saya juga memperoleh informasi luar biasa, peserta didik di balai rehab ini ternyata juga menjadi korban dari birokrasi yang ada, (ekstrimnya dalam institusi subyek itu sendiri) mereka telah menjadi objek proyek karena ternyata program-program rehabilitasi yang diberikan tidak semuanya tepat sasaran,belum berdasarkan skala kebutuhan peserta rehabilitasi. Kebijaksanaan top down yang selalu di terapkan. Pengkebirian hak mereka sebagai manusia juga di tegakan karena mereka tetap di lihat sebagai orang cacat, usul dan aspirasi mereka belum di akomodasi. (dari nama tuna netra sebenarnya secara semantic word sudah menempatkan penyandangnya untuk selalu dilihat sebagai manusia yang tidak sempurna dan marginal karena kurang/tuna).
Tidak terasa 1,5 jam hypnosis berlangsung dan akhirrnya saya memperoleh pencerahan pemahaman bahwa mereka adalah makhluk sempurna, sempurna itu tidak sama (selama ini kita selalu terkooptasi dengan suatu kriteria tertentu untuk mendapatkan level sempurna) jadi kenapa mereka di sebut tuna netra ? yang sebenarnya julukan itu secara sub-conscious menggiring orang-orang yang berpenglihatan normal memandang orang buta sebagai “tuna” (tidak sempurna), jadi setelah ini, kita semua mau bagaimana menggangap mereka ? Semoga teman-teman buta saya bisa memaafkan kesalahan saya yang telah menempatkan anda semua sebagai manusia tuna. Meski sebelumnya saya tidak pernah secara sengaja mengamini dengan menyebut anda sebagai tuna netra yang menempatkan anda sebagai manusia tuna (tidak sempurna), tidak sama sekali. Saya hanya memakai istilah itu karena ada di buka EYD dan semua anak sekolah juga di beri tahu bahwa penyandang buta itu di sebut tuna netra. Saya berkeyakinan, anda minus di bagian ini tapi plus di sisi lainnya. Dan ternyata itu menjadi benar setelah malam ini (26 Maret 2011).

Selasa, 22 Maret 2011

It's Me

Selasa, 15 Maret 2011

Senin, 14 Maret 2011

Mind Power


Pada saat saya mengenal kata Mind Power, dalam benak saya terlintas "ilmu apa to, kok nganeh - anehi dan apa bener, bagaimana mempelajari". Pertanyaan yang kritis dan akhirnya pun melabelkan kepada saya bahwa Tunggul Wijanarko adalah seorang yang dominan otak kirinya - kritis dan bermain dalam logika. Apapun itu labelnya akhirnya saya pengin menguak salah satu ekstasi otak kanan.Inilah awal saya belajar tentang Mind Power.
Saya berkesempatan memiliki buku yang berjudul Emotional Question hingga dua kali, bukannya hilang kalo saya beli hingga dua kali tapi karena ada dua orang yang ingin membaca dan akhirnya pengin memilikinya.
Pun akhirnya menghantarkan saya membaca beberapa buku dan seminar-seminar tentang pikiran. (Maturnuwun dr Umi Adiningsih - pakar Theosufi Semarang dan juga beberapa praktisi kekuatan pikiran)
Kalaupun saya boleh sebutkan bahwa pertemuan saya dengan Bhante Uthamo Mahatera telah banyak mengubah paradigma saya tentang kwkuatan pikiran. Mempelajari The Law of Attraction, Quantum Ikhlas dan akhirnya saya tahu bahwa semua ini bersumber kepada pakem NLP(neuro linguistic program). Alhasil salah teman akrab saya (Mas Hernawan Semarang berujar bahwa saya selalu memiliki pandangan positif terhadap sesuatu yang sedang saya alami). Pujian itu sungguh membuat saya mendem dan memacu saya untuk mencari keahlian yang lebih tinggi dari sebelumnya. Saya berkomitmen untuk menjadi seorang pembelajar.

Minggu, 13 Maret 2011

Agama vs Jiwa Pelayanan


Tidak ada agama yang lebih tinggi kecuali melayani orang lain.Bekerja untuk kebaikan adalah iman yang luar biasa, dan keharuman selalu melekat pada tangan yang memberi Anda bunga mawar.Dan kehidupan yang memuaskan adalah bangkit dari kehidupan yang dihabiskan untuk mengejar kesuksesan menjadi hidup yang di dedikasikan untuk menemukan makna , dan cara yang terbaik mengetahuinya adalah bertanya kepada diri sendiri, salah satunya " Bagaimana saya melayani?"

Kuil Shaolin, "Tidak ada kata tidak bisa - yang ada tidak mau"


Kalau kita ingin maka sampaikan - lahirkan dan sadari bahwa kita ingin. Bayangkan bahwa kita seolah-oleh sudah memperoleh dan menikmati apa yang kita inginkan. (inti dari The Secret nya Rhonda Byrne). Dan memang itu bukan suatu keniscayaan bahwa kita pada akhirnya akan mendapatkannya. Seperti hal nya, saya ingin menikmati therapi di executive room nya Nakamura. Saya menjadi pelanggan Nakamura Pasar Legi Solo sudah 6 kalinya, pada saat kunjungan saya yang ke 4 saya pengin sekali rasanya bila berada di executive room, tapi karena lebih mahal maka saya harus bijaksana dengan menundanya. (Tapi kehendakl selalu ingin - berpikir pasti nyaman dengan more better serve) itu selalu melekat dalam pikiran bahwa saya akan mendapatkan kesempatan tersebut.

Dan menjadi pengalaman unik bagi saya bahwa minggu lalu, pada saat jam telah menunjuk 19.40, saya mencoba masuk untuk menemui receptionistnya untuk mendapatkan layanan pijat refleksi 1 jam. Ternyata sudah full booking tapi tenggat waktu booking akan berakhir secara otomatis bila terlambat 15 menit. Akhirnya beneran, saya mendapatkan kesempatan therapi karena yang di pesan sebelumnya telah auto cancel, pada saat itu dengan sedikit curiga mendengar bahwa regular room telah habis (wah iki gek - gek akal-akalan, saya harus bayar lebih mahal) tapi ternyata tidak saya tetap bayar regular dengan fasilitas executive. (Mungkin mbak reception nya tahu kegusaran saya dan mengatakan bahwa saya cukup membayar regular meski dengan fasiltas executive)

Daripadanya saya telah belajar bahwa :

■ Di dunia ini tidak ada suatu kebetulan. Semua yang ada karena adanya penyebab (hukum aksi reaksi)
■Orang yang berpijak kepada nilai -nilai kebetulan adalah orang yang tidak beriman. (suatu Qodrat itu atas kehendak Nya) dan menjadi yakin seyakinnya bahwa Tuhan ada di atas segalanya.
■Bila kita berkehendak maka Allah SWT sudah akan tepat dengan 100% keputusan Nya atas eksekusi yang terjadi di makhluk Nya. Semua akan indah pada waktunya itu benar.
■Waktu kita dan waktu Tuhan bisa selaras bila kita mensyukuri pemberiaan Nya.
Jadi keniscayaan adalah milik semua orang asalkan semua itu di awali dengan pengharapan.

Mulialah Allah dengan segala kuasa Nya.

Sahabat China ku


Saya telah bertemu dengan sahabat lama, mereka dari keluarga China. Dan tampak Ny Sindhu dan putra sulungnya tengah berbincang sambil menunggu kereta Sawunggalih. Saya pun segera menghampiri mereka dan menyalami mereka. (sejenak saya baru sadar bahwa salaman dengan orang beda ras tidak lazim) Tetapi bagi saya tidak berlaku pemikiran seperti itu. Setahu saya siapapun orangnya kita harus menempatkannya dalam kondisi saling menghormati. Hingga akhirnya saya turut berdialog panjang lebar dengan mereka, Nyonya Sindhu ternyata sedang mengantar putra sulungnya yang akan kembali ke Taiwan untuk bersekolah kembali. Daripadanya saya memetik pelajaran bahwa

■kasih ibu itu sepanjang masa.
■Budaya China mencerminkan keuletan yang luar biasa karena saya tahu persis, Nyonya Sindhu hanya seorang penjual obat, tapi semangat dan daya juangnya luar biasa.
Meski akan berangkat ke luar negeri, putra sulung Nyonya Sindhu sama sekali tidak kelihatan arogansi malah boleh di bilang sangat santun dan lembah manah (rendah hati) dan bawaannyapun sederhana di bungkus tas kresek hitam.

Thaar dalam kepala saya, saya malu dan merasa perlu intropeksi diri lagi dengan gaya hidup saya. Apakah saat ini saya sudah benar dalam membelanjakan kesempatan hidup saya? (terima kasih Nyonya Sindhu, Anda telah mengajari saya akan satu hal.)

My footnote


Salah satu penyebab timbulnya masalah dalam kehidupan manusia adalah kebutuhan yang tidak terpenuhi. Namun kerap kali solusi masalah itu sebetulnya telah tersedia. Yang dibutuhkan adalah kreativitas
Sedangkan kreativitas datang dari keberanian untuk mencoba dan ketabahan untuk terus mencari bila satu cara belum berhasil. Di dunia kerja masalah takkan pernah berhenti muncul. Ada masalah yang sudah rutin terjadi tetapi lebih banyak lagi masalah-masalah baru yang menanti penyelesaian. Insan yang menghayati kerja sebagai seni, akan memandang kerja sebagai arena yang selalu menantang untuk mengeksplorasi serba kemungkinan dengan kreativitasnya. Ia akan melihat masalah dari berbagai sudut pandang, bahkan mencari sudut pandang baru yang mungkin belum pernah ada.Penghayatan kerja sebagai seni juga akan membantu kita untuk tidak mengkompromikan tujuan walaupun tengah berada dalam kesulitan.