Selasa, 27 Oktober 2015

Penulis Perjalanan

Kalaupun saat ini saya menulis kembali di blogg, itu mungkin karena hari ini adalah hari Blogger Nasional. Agak kaget juga membaca status BBM teman saya tadi siang bilamana hari ini telah dicanangkan sebagai peringatannya. Atau sebab yang ke 2, karena saya selesai membaca ebook dari Phinemo yang bercerita tentang cara menjadi penulis perjalanan. Sepertinya asyik lho jadi penulis perjalanan dan saya sangat terinspirasi dari ebook tersebut yang mengatakan : jadilah orang yang suka berbagi meski itu sekedar informasi tentang obyek/tujuan wisata atau pengalaman perjalanan yang telah kita alami. Semakin kita sering berbagi maka kita akan semakin menjadi kaya.
Okay lah saya akan pastikan bahwa ini adalah awal kembali menata konsep diri menjadi penulis dari hobi saya travelling. Tentu saya akan mulai lagi dengan rekontruksi kisah - laporan perjalanan yang sudah pernah saya shared di facebook karena selama ini lebih sering menuliskan pengalaman itu di Fb.


Pantai Pancer Dorr Pacitan  : 17 Oktober 2015

Minggu, 22 Maret 2015

Sukuh - Cetho Daya magismu yang Mengundangku

Alasannya apa ya kalau ditanya kenapa pengin mengkalibrasi Candi Sukuh dan Cetho ?
Saya nggak punya alasan yang lebih ilmiah kenapa saya pengin ke sana, selain saya merasa saya sangat dekat garis lahir saya. Bukan apa-apa saya punya alasan yang sangat pribadi ini selain ingin menyambung mising link akan cerita keluarga besar Tjitro Admadja. Sebagai seorang cucu saya merasa  mampu untuk menjelaskan ini semua. Kenapa suwargi mbah buyut kakung makamnya di sembunyikan, dan sampai hari ini hanya naluri saya yang menuntunnya bahwa saya sudah dekat dengan lokasi makam itu. Iyach, makam tanpa nama, tanpa tanda dan  ini semua karena almarhum adalah orang yang dicari oleh Belanda waktu itu. Suatu kehormatan bahwa meski sudah "sumare" jazad tidak boleh di sia-siakan, apalagi oleh bangsa asing.






Si Kunir -Dieng : I'am come back again

Catatan saya tentang mbolang ini sebenarnya sangat konyol, bodoh dan dungu. Saking semangatnya ikut kegiatan mbolang - plesiran kere hore ini saya pun harus mengulang dua kali. Dungunya,  ketika pertama kali menginjakan kaki di Desa Sembungan Dieng (27 Mei 2014) saya nggak merasa kurang sesuatu apapun. So, keputusan nanjak sich oke-oke wae. Ternyata sodarah-sodarah hanya kurang 300 M dari Puncak Si Kunir tiba-tiba saya harus meng ACC adat pagi, mboker. (Pikir saya waktu itu : kalau saya nekat mboker di semak-semak pasti kurang beradab - saya bukan orang primitif dan seketikan itu saya ijin kepada ketua rombongan bahwa saya harus turun mencari MCK). 
Kecewa dan dendam jelas terlihat pada wajah saya maka dari itu tanggal 8 November 2014 saya putuskan nanjak kembali dan harus sampai di puncak Si Kunir, pokoke kudu. Sampai-sampai kepala suku - Trip Operator nya heran, kok ikut lagi, tanyanya. 
Dan jawaban saya simple, "Aku belum punya dokumentasi photo di puncak itu khan?".
Subhanallah - puncak gunung itu sangat tinggi ya, dan anehnya meskipun tingginya kaya jabal ngad, suasana di sana kaya alun-alun. Ratusan orang sedang menikmati keindahan alam secara bersama-sama dan pastinya kemacetanpun terjadi ketika semua pendaki menuruni Gunung Dieng itu.


Kereta Bathara Kresna - Menggugah Kenangan

Keretanya bagus, itu kata orang sich. 
Dan sayapun sepakat - memang kereta Bathara Kresna sangat bagus apalagi rutenya membelah kota Solo hingga Wonogiri. Terlebih lagi saya berkesempatan memiliki karcis Rp 0,- untuk perjalanan dari Solo - Wonogiri (13 Maret 20150) unik bukan ? Dan kesempatan ini nggak akan terulang bukan? Maklum masih promo meski demikian saya juga harus mengalah karena isi kereta ternyata dipenuhi anak-anak yang juga menjajal kemegahan dan keindahan selama perjalanannya.
Ada rasa gembira bisa melihat wajah ceria anak-anak SD yang diajak gurunya ke Wonogiri sekedar untuk memperkenalkan kereta. Apalagi ketika mereka membuka bekal nasi dan minumannya. Pemandangan itu telah menjadi anchoring, teringat sebentar kenangan akan masa lalu ketika saya dibekali ibu di hari maulud nabi dengan menggunakan wadah makan aluminium berlauk telur asin atau dadar. Benar-benar menggembirakan suasana dalam kereta itu karena  telah menghidupkan kenangan sosok masa kecil saya, cinta ibu saya dan kebersamaan bareng teman-teman.




Pengalaman Baru Pasti Menggoda

Saya ingat dengan beberapa kalimat dialog Film nya Yoko - Golok Pembunuh Naga : Tidak ada kata tidak bisa yang ada tidak mau. Kalimat ini selalu menyemangati saya ketika menghadapi jalan buntu. Entah itu tersesat, ngga bisa mikir atau gagal. Seolah itu kalimat penghiburan yang sangat sakti, hahahahahaha. Tapi saya tahu kalimat itu hanyalah entry point kepada sebuah surat favorit saya "Al Insyirah" : "fainnama'al 'usri yusro.. innama'al 'usri yusro…"  
sesungguhnya bersama dengan kesulitan, ada kemudahan.. bersama dengan kesulitan, ada kemudahan...
Sudah beberapa lama sebenarnya saya pengin mengukur kesombongan diri saya akan fear factor ini, snorkeling. Meskipun berenang bukanlah hal yang baru tetapi menyelam adalah sesuatu yang patut dicoba dan sepertinya bukan saya banget kalau ngga sampai mencobanya. Bermodal duit cuma Rp 150.000,- akhirnya saya bisa membayar instruktur, sewa alat dan juga dokumentasinya. Owh ternyata alam bawah air kaya gitu, indah dan ikan itu unyu-unyu semua (ngga pernah ada yang tidur) heheheheeh